EKONOMI - Bayangkan ini, Indonesia, negara dengan kekayaan alam yang nggak habis-habis. Ada hutan yang luasnya kayak nggak ada ujungnya, tambang mineral berharga di mana-mana, tanah subur yang bisa menghasilkan apa saja, sampai lautan luas dengan ikan-ikan gemuk. Tapi, kenapa negara kita masih juga belum jadi negara kaya? Apa cuma alamnya yang kaya, tapi kantong rakyatnya enggak?
Kita juga nggak kurang pintar, kok. Orang Indonesia tuh cerdas, kreatif, dan tahan banting. Banyak anak muda kita yang punya potensi besar, yang kalau dikasih kesempatan dan didukung dengan pendidikan yang memadai, bisa bersaing di level dunia. Kita punya sumber daya manusia yang nggak kalah sama negara maju. Tapi, kenapa masih banyak orang yang kesulitan cari kerja, dan pendidikan yang merata masih jadi angan-angan?
Sekarang, mari kita lihat faktor lain: jumlah penduduk kita. Populasi Indonesia lebih dari 270 juta, lho. Artinya, pasar domestik kita ini gede banget! Kalau kita bisa memproduksi barang-barang berkualitas sendiri, pasar dalam negeri aja udah cukup untuk membuat ekonomi kita berputar kencang tanpa harus bergantung sama ekspor ke negara lain. Ini juga bisa jadi peluang buat ngembangin bisnis lokal, menciptakan lapangan kerja, dan menumbuhkan kebanggaan terhadap produk dalam negeri. Tapi kok masih banyak barang impor di mana-mana?
Indonesia juga kaya akan budaya dan bahasa. Dari Sabang sampai Merauke, kita punya ratusan suku bangsa dengan bahasa dan adat masing-masing. Tapi hebatnya, kita punya satu bahasa nasional, Bahasa Indonesia, yang bikin kita merasa satu. Di balik keberagaman itu, kita punya persatuan yang kuat. Budaya kita ini bisa jadi daya tarik yang luar biasa buat pariwisata. Cuma, sayangnya, kadang kekayaan budaya ini malah lebih sering dieksploitasi daripada dilestarikan.
Nah, kita tahu kalau kita punya segalanya, dari alam, manusia, hingga budaya yang luar biasa. Tapi, kenapa jalan menuju kemajuan dan kesejahteraan masih terjal banget? Jawabannya, teman-teman, mungkin karena satu hal yang selama ini sering kita abaikan: kejujuran pemimpin. Iya, betul, kejujuran.
Bayangin kalau pemimpin kita benar-benar jujur, transparan, dan nggak mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Semua potensi besar yang kita punya ini bakal bisa dikelola dengan maksimal buat kepentingan bersama, bukan buat sekelompok kecil orang. Uang negara nggak bakal bocor ke kantong-kantong pribadi. Alam kita nggak bakal dirusak demi keuntungan sesaat. Kebijakan yang diambil pun bakal bener-bener fokus buat kesejahteraan rakyat, bukan buat mengamankan kursi atau posisi tertentu.
Jadi, gimana kalau kita mulai berharap—atau malah menuntut—agar pemimpin kita mulai mengutamakan kejujuran? Kejujuran di setiap keputusan, kejujuran dalam setiap tindakan. Karena tanpa kejujuran, semua kekayaan yang kita punya cuma bakal jadi pajangan, nggak pernah benar-benar bikin kita kaya dan sejahtera.
Dengan kepemimpinan yang jujur, perjalanan Indonesia menuju negara maju nggak perlu lama-lama. Alam yang kaya, manusia yang cerdas, pasar yang besar, budaya yang unik—semuanya udah siap. Tinggal kita pastikan aja, para pemimpin kita mau benar-benar membawa kita ke sana, dengan hati yang bersih. Cuma dengan itu, Indonesia bisa berubah dari sekadar negara yang kaya alam, jadi negara yang benar-benar kaya dalam artian sebenarnya.
Baca juga:
Berkunjung ke Aceh Barat
|
Jakarta, 02 November 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi